Dukung Dasacita Rektor, LP2M Adakan Workshop Penyusunan Kurikulum Moderasi Beragama
Rabu, 27 Maret 2024, bertempat di Hotel 91 Kaliwates, LP2M UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember menyelenggarakan workshop perdana tentang Penyusunan Kurikulum Moderasi Beragama. Kegiatan ini diselenggarakan di pertengahan bulan Ramadhan karena sudah sesuai dengan agenda-agenda penting yang cukup padat di LP2M.
Dr. H. Shoni Rahmatullah Amrozi, M.Pd.I., Kepala Pusat Moderasi Beragama, menyampaikan bahwa kegiatan ini sebagai salah satu bukti nyata keseriusan LP2M mengawal moderasi beragama sebagai dasa cita rektor yang pertama dan wujud konkret realisasi visi UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember.
“Perlu diketahui, moderasi beragama ini akan menjadi mata kuliah universitas. Saya bersama tim sudah menyusun RPS matakuliah moderasi beragama. Bahkan ke depan saya akan siapkan bahan ajar moderasi beragama,” katanya.
Hadir dalam acara itu Rektor dan Para Wakil Rektor. Dalam kesempatan itu Ketua LP2M Dr. Zainal Abidin, M.Si. melaporkan bahwa kegiatan workshop ini bagian dari follow-up FGD dan Rakorev di Malang beberapa minggu yang lalu dalam hal implementasi penguatan moderasi beragama pada mahasiswa.
“Mohon izin Pak Rektor melaporkan bahwa kegiatan ini diikuti oleh para Ketua LPM, Wakil Dekan Bidang Akademik, dan Korprodi. Merekalah yang menjadi pelaksana implementasi penguatan moderasi pada mahasiswa melalui mata kuliah Moderasi Beragama atau insersi muatan moderasi beragama ke dalam mata kuliah-mata kuliah yang relevan,” paparnya.
Dalam pengarahannya, Prof. Dr. H. Hepni, S.Ag., MM. Rektor UIN KHAS Jember menyampaikan bahwa diriya telah mengikuti Master ToT Moderasi Beragama di Lampung. Menurutnya, ke depan Kementerian Agama akan menjalankan sikap berkebudayaan maju dan berkeagamaan maslahah.
“Kita harus memiliki kesadaran sosial untuk bisa bertemu bukan bercerai. Kita bisa saling menguatkan bukan saling melemahkan. Semua agama yang disahkan di Indonesia didorong untuk saling bertemu. Tentu tidak bertemu dalam arti teologis, tapi dalam arti sosiologis dan peran-peran penting untuk kemajuan bangsa,” ungkap alumni PP Annuqayah Guluk-Guluk Sumenep ini.
Kita sepatutnya akrab dengan siapapun, termasuk yang tidak sepaham dengan kita. Kebiasaan kita selama ini, kita memang hanya akrab, hanya bisa mesra dengan yang sepaham. Kadang dari tempat duduknya saja, kita memilih bergabung dengan orang-orang yang sepaham dengan kita. Padahal, jika kita mengelompok dengan yang tidak sepaham, di situ kita melihat perspektif baru dan menjadikan kita semakin dewasa.
“Kita harus open mind, open heart dan open will dalam berhubungan dengan siapapun dan bahkan dengan pemeluk agaman manapun. Apa yang selama ini kita anggap benar mungkin benar. Apa yang Anda yakini salah, tentang pemahaman orang lain, agama orang lain, coba dipikirkan kembali. Selama ini kita melihat orang lain dari perspektif kita. Kita jarang melihat orang lain dari perspektif orang lain. Padahal, ketika perspektifnya berbeda, pemahamannya kemungkinan besar akan berbeda,” pungkasnya. (Dsk)